Saturday, March 31, 2012

Mencatat Huruf

Chapter 9: Mencatat Huruf

Membendung air mata yang sedang jatuh ini, tidak mudah bagiku. Karena terlanjur mengelupas rasa sakit ini. Kau sungguh kejam dan tega. Oh mengapa engkau tega melakukan ini? Sebab pula telah patah temali yang terikat. Telah aus oleh waktu. Mungkin?

Karena terlalu banyak juga beban di kepala. Membujur sampah berserakan. Tak ada tempat penampungan atau pembuangan yang layak. Lama-lama membusuk juga kan? Hehe.. Ada banyak kisah yang harus diselesaikan di meja maya ini. Di ruang maya yang luas amat ini. Aku hanya membutuhkan sikap konsisten dalam melarikkan huruf perhuruf. Lalu kau dapat membacanya dengan mimik sedih atau tertawa. Sebab dunia ini begitu beku untuk digenggam sendirian.

Ini bukan pula akhir dari sebuah kisah. Kukira ini adalah sebuah permulaan. Permulaan tentang rindu pada seseorang atau semacamnya. Luka pedih yang ditabur garam, tawa riang karena mendapat tautan hati pada seorang gadis yang diinginkan. Atau mungkin yang lain. Terserah menilai saja. Sebab duniaku dengan duniamu tentu berbeda bukan? Berbagi resah atau rindu sangat menyenangkan kukira. Okelah mari kita tulis saja kenangan yang ada. Setiap peristiwa adalah jejak manis yang baik untuk diabadikan. Di ruang maya ini, manalagi?

Next jemari ini harus kebal kram untuk memulai lagi.

Jakal km 14 Jogja, 01 April 2012

*) Ekohm Abiyasa

0 komentar:

Post a Comment

    Blogger news

    Blogroll

    About